PART 2 (short story)
Mentari
telah muncul dari peraduannya, sinarnya pun membangun kan ku dari
tidurku semalam. Ku lihat jam yang tak jauh dari jangkauan ku yang yang
tlah menunjukkan pukul 06.15 tak ambil pusing akhirnya aku pun segera
bangkit dan bergegas dari tempat tidurku. Dengan cepat ku selesaikan
semua, setelah semuanya tlah siap dan sekarang aku pun berangkat, ya..
walaupun terburu-buru akupun menyempatkan diri untuk Breakfast terlebih
dahulu. Ya memang hari ini adalah hari-hari yang menegangkan bagiku
bagaimana tidak hari ini adala hari pertamaku untuk bersekolah di bangku
SMU di kota yang baru bagiku. Ya.. memang aku dan keluargaku baru saja
pindah dari Bandung menuju ke Jakarta walaupun ini bukan yang pertama
kali bagiku tapi, tetap saja aku takkan mampu melupakan kisah-kisah ku
bersama orang – orang terdekat ku disana.
Tapi, bagaimana pun inilah
yang harus aku jalani saat ini. Papaku di alih tugaskan ke Jakarta. Mau
tak mau kami sekeluarga harus ikut pindah juga ke Jakarta. Walaupun,
rasanya aku tak mau meninggalkan semua yang telah aku jalani saat aku
tinggal di Bandung,jawa Barat.
Jam
telah menunjukkan pukul 06.21 dengan cepat aku menuju mobil yang sudah
disiapkan oleh supir pribadiku. Dengan sedikit buru-buru aku pun
berangkat ke sekolahku yang baru. Dengan hati yang tak karuan memikirkan
Apa saja yang harus aku
lewati disekolah baruku, senang atau sedih. Tapi, bagaimana pun ini
bukan yang pertama kalinya untukku akhirnya dengan perlahan ku kuatkan
hati dan pikirankku untuk meyakini bahwa ini adalah awal yang baik
bagiku. Tak kalah baiknya di saat aku bersekolah di Bandung.
Tak
terasa jalan demi jalanan tlah ku lewati, sampailah aku di depan
sekolah yang di lihat kemegahannya walupun dari luar saja. Di pojok
pagar terlihat 2 satpam saling berbincang. Di lihat dari tumpangannya
rata – rata murid di sekolah itu terlihat jika mereka semua adalah
keluarga yang berada
Benar – benar sekolah yang
menabjubkan, hal itu terlihat ketika aku berada di lapangan yang sangat
luas, gedung yang megah dan bertingkat rasanya aku menjadi sedikit
minder bersekekolah di sekolah yang benar – benar menjadi idaman semua
orang itu. Langkah – demi langkah pun ku jelajahi untuk mencari dimana
letak kelas baruku itu, dan akhirnya setelah lama berkeliling akhirnya,
sampailah akau di depan kelas baruku. “XI – C” ya, ini lah kelas baru
ku. Yang akan aku jalani. Ku langkahkan kakiku dan akupun segera duduk
di bangku baris ke 2 nomor 3 dari dari depan. Yang duduk di sampingku
adalah seorang gadis manis yang menurutku sangat sempurna. Kalau dilihat
– lihat dan di samakan dia memiliki wajah sedik mirip dengan artist
yang bernama Nagita Slavina, yaitu salah satu artist ibukota yang cantik
menurutku dia tak kalah cantik dengan artist tersebut. Dia pun sangat ramah sekali, sungguh gadis yang sempurna, tanpa pikir panjang dia pun memperkenalkan diir kepadaku.
“Nama ku Sheyla… kamu ??” ucapnya padaku sembari tersenyum manis.
“hemm… Aku Nelva..” balasku selagi menjabat tangannya.
Senang rasanya dapat sebangku dengan cewek secantik dan seramah Dia
Dan aku sangat beruntung dan sangat bersyukur .
Tak
terasa bel masuk pun tlah berbunyi karena ini adalah hari pertama maka,
dari itu mingu-minggu ini adalah masa pengenalan dan penyesuaian diri.
Itu artinya masih belum dimulainya aktivitas normal yang semestinya.
Minggu ini kami harus
mempersiapkan diri untuk menghadapi masa orientasi siswa atau yang
jelasnya adalah “M0S” dan saat ini di kelasku pun masih tahap perkenalan
diri. Benar – benar sekola idola. Cewek – cewek dan cowok cowok di
kelas baruku rata – rata emmiliki tampang dan style yang di atas
rata-rata. Akhirnya seorang perempuan pun masuk ke kelas dari
penampilannya yang professional dia adalah seorang guru.
“
pagi semua….. hari ini kita akan memulai dengan pengenal diri, saya
yang ke depannya akan menjadi wali kelas kalian semua di kelas ini, nama
saya Reva alzheahanna bisa panggil saya Bu “ Reva” dan sekarang ibu
akan menyuruh kalian semua untuk memperkenalkan diri. Ibu mulai dari
absent teratas di daftar absen tetap di kelas ini.
“ Anggia renatasya ervhan” silahkan maju dan memperkenalkan diri.
Gadis tersebut akhirnya
maju kedepan dan memperkenalkan diri dari tampang ya memang dia gadis
yang manis sekali tampangnya jika di bayangkan mirip dengan artist maka
dia seperti “Rachel Amanda Aurora”
“Nama saya Anggia Renatya Ervhan. Kalian bisa panggil saya Anggia”
Setelah itu dia pun kembali ke temapat duduknya seperti semula.
“ok, selanjutnya ibu panggil “Dimas Ardhira Raffi” untuk maju ke depan
Seisi kelaspun terpanah
dan terdiam khususnya para perempuan termasuk Aku juga. Bagaimana tidak
sesuai dengan namanya dia adalah cowok yang ganteng, tinggi, berkulit
kuning langsat, dengan model rambut yang sedikit diberdirikan, jam
tangan keren di tangan benar – bener perfec.
“Nama saya Dimas Ardhira Raffi, kalian bisa panggil saya Dhira”
Setelah satu persatu siswa
di kelas baruku di panggil termasuk aku. Akhirnya guru tersebut pergi
meninggalkan kelas seiring berbunyinya bel istirahat.
Aku dan sheila pun pergi
meninggalkan kelas untuk segera menuju ke kantin sekoloh. Di saat aku
sampai di kantin kembali lah aku merasa kagum kepada sekolah ini
kantinnya pun luas, bersih, rapi dan memiliki sedikit halaman yang
khusus untuk di tanami oleh bermacam – macam tanaman.
Aku pun memutuskan untuk
membeli minuman dan begitupun dengan Sheila yang masih asyik untuk
membeli snack dan minuman. Setelah selesai kami pun memutuskan untuk
menghabiskan makanan dan minuman tersebut di taman belakang sekolah
karena di sana selain luas terdapat juga banyak tempat duduk untuk
menikmati keindahan taman sekolah ini. Perlahan langkah demi langkah
akhirnya kami pun pergi meninggalkan kantin untuk segera bergegas menuju
ke taman yang berada di belakang sekolah.
Ketika
sampai di taman sekolah akhirnya kami berdua pun memilih duduk yang
berada tepat di bawah pohon yang rindang dan tepat di depan kolam ikan
yang terdapat di taman sekolah tersebut. Begitu banyak murid – murid
yang juga duduk di taman tersebut ada yang berbincang – bincang beramai
ramai, ada yang duduk dengan pasangannya, ada yang duduk sendiri dan
asyik menikmati snack sembari membaca novel ada yang sedang asyik
menikmati pemandangan taman tersebut. Suasana di sana memang benar –
benar menyenangkan. Taman sekolah yang betul-betul di rancang untuk
membuat fresh siswa yang telah menghadapi berbagai pelajaran sekolah.
Memang sekolah ku saat ini adalah sekolah yang benar-benar sempurna menurut ku. Bersyukur bisa menjadi siswa di sekolah ini.
Di
saat Aku bersama dengan Sheila sedang asyik duduk dan menikmati
keindahan taman tersebut tiba – tiba ada tiga cowok yang saling
berlarian dan berkejaran untuk memperebutkan sebuah buku tulis dan tiba –
tiba tanpa sengaja salah satu dari mereka menabrakku hingga minuman
yang berada di tanganku jatuh dan tumpah. Mereka pun terhenti tanpa
pikir panjang Sheila pun langsung ambil tindakan untuk memarahi dan
menyalahkan mereka bertiga yang telah mengakibatkan minuman ku menjadi
tumpah. Aku pun melihat Sheila yang tak pikir panjang langsung memarahi
mereka, akhirnya aku pun mencoba menghentikan Sheila tapi, semua itu tak
mudah. Sheila sudah terlanjur emosi pada mereka.
“Ehh.. udah dong biarin lagian gue kok yang salah lagian gue juga sih
Yang nggak ngeliat mereka” ucapku.
“Gimana sih loh, aduhh.. Nelva, orang kayak mereka ini pantes di gituin
Dia kan udah salah lo terlalu baik kalo loe diemin aja ini anak” ucapnya.
“Maaf ya. Gue nggak sengaja, gue ganti deh minuman lo” ucap cowok
Tersebut.
Akhirnya, cowok tersebut
pun berlalu dari kami, entah kemana. Aku dan Sheila pun melanjutkan
untuk berbincang-bincang dan menikmati pemandangan di taman belakang
sekolah sembari mencoba melupakan kejadian yang baru saja berlalu. Di
sana kami berbincang – bincang dan aku bersama Sheila pun sama-sama
ingin sedikit membuka diri. Yaa, memang aku adalah bukan tipe anak yang
muda saja menuangkan kepribadianku pada orang-orang yang baru tapi, ini
berbeda. Padahal, baru saja aku mengenal Sheila namun, rasanya aku kini
masih bersama sahabat- sahabatku yang kini, berada di Bandung. Yaa,
mungkin karena Sheila adalah anak yang asyik, nyambung, seru, dan dia
mudah sekali menjalin keakraban padahal, Aku bukan tipe orang yang mudah
sekali akrab atau terbiasa dengan hal-hal yang baru bagiku. Sungguh
anugerah, Aku mendapatkan teman seperti Sheila. Tak terasa lamanya kami
berbincang akhirnya bel pun berbunyi dan kami pun segera bergegas untuk
meninggalkan taman dan bergegas kembali menuju ke kelas.
Dua
minggu sudah, dan akhirnya kini mulai lah ku untuk melaksanakan
pembelajaran yang efektif setelah menjalani masa orientasi siswa. Tak
terasa cepat sekali waktu berlalu. Hari ini aku ada pelajaran Biologi,
dan Pak Ezza, Guru Sience-Biologi ku pun menyuruh kami untuk berkelompok
untuk menyelesaikan tugas berkelompok dan beliau sendiri yang akan
menentukan pasangan di dalam kelompok masing-masing,dan tugas ini di
kumpulkan minggu depan. Karena, di pilih akupun merasa sangat lah
penasaran siapakah yang akan berkelompok bersama ku.
“Bapak akan membagi dengan siapa saja kalian berkelompok” ucapnya.
“Anggia berkelompok bersama Dhira” ucap pak Ezza.
Satu kelaspun terdiam. Bagaimana tidak, Seorang Anggia di pasangkan dengan Reihan yang super duper ganteng.Benar–benar sempurna.Tak sedikit pula yang cemburu, bagaimana mereka sangatlah cantik dan ganteng.
“Sheila dengan Ditha, Bianca dengan Mario, leon dengan dhavi, argha
Dengan Alvhino,Ghea dengan
irvan,Nelva dengan Rheza,Naiyla dengan Ryan, Dion dengan hendra, Devan
dengan Gabriella, Avin dengan Rey.”
Setelah itu, kami pun kembali melanjutkan pelajaran selayaknya biasannya.
Namun, hatiku tetap lah saja tak menyangkah what ???
Rheza ?? bagaimana nasib ku nanti, Aku tak begitu akrab dengannya kalau
di lihat – lihat menurutku dia adalah anak yang bertipe pendiam. Aku
sedikit takut dan hatiku tak karuan.
Akhirnya
, bel pulang pun berbunyi aku pun bergegas menghampiri Rheza untuk
menanyakan tentang kerja kelompok Science-Biologi. Ku lihat Rheza pun
sudah keluar dar kelas akupun langsung segera bergegas untuk
mengejarnya. Ku lihat Rheza pun sudah berjalan jauh dariku akhirnya aku
pun berlari untuk mengejarnya.
“Rheza, tunggu—in gue. Rheza…….” Teriakku sambil mengajar.
Karena kerasnya
panggilanku akhirnya, Rheza pun menghentikan langkah kaki nya. Aku pun
segera menghampirinya dan bertanya tentang tugas berkelompok yang telah
ditugaskan oleh Pak Ezza.
“Loe, kenapa lari-lari gitu Nel, ada apa emangnya ?” tanyanya.
“Ehh..Gue mau Tanya soal Tugas Nya Pak Ezza tadi.” Jawabku.
“ohh.. Iya, kita sekelompok kan ? jadi gimana nie ?” tanyanya.
“Gimana, kalau besok masalahnya tugas nya kan harus udah di kumpulin
Minggu depan jadi juga kan. Jadi gimana Dong Rhez ?” ucapku.
“Yaudah, kalau gitu besok aja kita kerja kelompoknya. Loe maunya
Dimana, di rumah gue atau…” jawabnya.
“Di rumah gue aja. Yaudah , sampai besok yaa…” ucapku sembari berlalu.
“okelah kalau gitu…..” jawabnya.
Akupun
, pergi berlalu dari pandangan Rheza, dan segera menuju gerbang
sekolah. Aku tak mau berlama-lama karena, aku yakin supirku pun sudah
Menjemputku. Dan akhirnya,
perkiraan ku pun tak salah lagi supirku pun sudah menunggu di depan
gerbang sekolah. Akupun segera menaiki mobil pribadiku. Karena, aku
belum terlalu tahu dengan wilayah Jakarta. Di dalam mobil aku pun merasa
sangat lega karena hari pertama ku kini sudah berjalan dengan sukses
dan semoga ini adalah awal yang baik untukku melanjutkan kehidupanku
yang baru di Jakarta. Sepanjang perjalanan aku terdiam dan mencoba
menikmati suasana kota Jakarta. Yang sama sekali belum pernah aku
rasakan sebelumnya. Jalan demi jalan ku pandangi tanpa melewati sedikit
pun kesempatan itu. Memang benar, inilah Jakarta tak berbeda seperti apa
yang ku lihat di televisi selama ini. Gedung-gedung tinggi dan semuanya
yang pernah aku lihat secara tidak langsung.
Pukul
03.30 akhirnya, sampailah juga Aku di rumah. Lega rasanya sudah sampai
dirumah, akhirnya aku pun masuk ke kamar dan menghempaskan tubuhku di
kasur untuk sejenak mengusir kelelahan yang kurasakan. Beberapa menit
kemudian suara mamaku dari bawah memanggilku untuk makan siang
sama-sama. Dan Aku pun segera turun kebawah untuk makan bersama-sama.
Dari bawah ku lihat Abang Dan mamaku pun sudah berkumpul di meja makan.
Dan aku pun segera menyusul dan bergabung dengan mereka untuk makan
siang bersama-sama dengan mereka.
“Fahrel, Gimana kuliah kamu tadi ? kamu suka disana ?” Tanya mamaku.
“Ohh,beres ma,fahrel mana mungkin nggak suka di sana seru fahrel suka
Di sana temen-temen fahrel asyikk kok ma..” jawab Abangku.
“Kalau Nelva gimana , seneng nggak sama sekolah barunya. Nggak kalah
Kan sama yang di Bandung..” Tanya mamaku.
“Asyik kok Ma, Nelva tadi duduk sama anak namanya Sheila. Anaknya
cantik banget. Ya emang sih tampang di kelas baru ku itu T0B BGT, ma.
Ohh, iya ma besok pak Ehssan nggak usah jemput Nelva pulang deh.
Soalnya,besok Nelva kerja kelompok dirumah jadi,bareng sama temen”
“ya udah, ntar mama bilangin ke pak Ehssan yaa.” Ucap mamaku.
Usai
makan, Aku langsung ke kamar untuk mandi kemudian Aku beristirahat.
Namun, Entah mengapa Aku masih saja bingung dan takut. Karena bagaimana
pun akku belum terlalu mengenal Rheza apalagi yang ku lihat dari
pandanganku selama ini, Rheza adalah tipe anak yang cuek dan pendiam.
Aku bisa membayangkan bagaimana ia nanti jika kami berkerja kelompok
bersama. Tapi, sudahlah lagipula kan aku belum pernah satu kelompok
dengan Rheza, Aku coba jalani aja dulu siapa tahu ini semua cuman
perasaanku aja.
Di
depan pintu gerbang seseorang tlah menungguku, seorang gadis manis
terbaik bagiku disini, siapa lagi kalau bukan Sheila, senang sekali
dapat melihatnya di depan gerbang. Ku hampiri dia dan begitu bahagianya
aku kalau , dari tadi dia tlah menungguku sungguh menyenangkan. Padahal,
aku tak pernah membayangkan sedikit pun dapat bertemu dan mengenal
seseorang seperti Sheila. Aku sungguh bersyukur menjalani awal yang baik
dan menyenangkan di sekolah ini. Akhirnya , kami berdua berjalan menuju
kelas kami. Ya.. begitu lah Sheila, seseorang yang menyenangkan.
Saat
pelajaran dimulai Pak Avin memanggil Rheza untuk melanjutkan pekerjaan
di papan. Dan ini saat nya Aku untuk mengamati sedikit demi sedikit
bagaimana Rheza sebenarnya. Dan luar biasa, jawabannya benar semuanya
padahal kalau aku sendiri, masih sedikit bingung pada materi tersebut.
Hal itu semakin menguatkan ku kalau Rheza adalah seseorang yang enak
untuk di ajak bekerja sama dalam hal pelajaran. Apalagi, aku pernah
mendengar jika Rheza masuk sekolah ku ini karena, ia mendapatkan
beasiswa. Hmm.. hebattt… semoga ini adalah awal yang baik.
Bel
istirahat pun berbunyi, seperti hari-hari kemarin, Aku dan juga Sheila
menuju ke taman belakang sekolah, yaa.. walaupun entah mengapa aku masih
sedikit takut jika, bertemu dengan kakak kelas yang menumpahkan
minumanku kemarin, bagaimana tidak aku merasa tidak enak, karena Sheila
membelaku kemarin kakak ktersebut di marahinnya habis-habisan. Tapi, tak
apalah lagian kemarin kan kita juga udah saling minta maaf.
“Nel, loe suka sama Rheza yaa .. ? “ ucapnya lirih.
“hah ? loe kok ngomongnya gitu. Gue kan nggak seberapa kenal ma dia”
“ehh.. nggak papa kok, abisnya sari tadi gue perhatiin waktu Rheza maju
kedepan, loe itu ngeliatin Rheza terus” jelas Sheila.
“enggak papa kok, ya.. gue liat dia soalnya gue sedikit nggak paham sama
Penjelasan pak Avin, jadi gue ngeliatin gimana caranya Rheza tadi”
karena
, aku tak ingin di lihat ada apa-apa dengan Rheza aku pun mengajak
Sheila untuk membicarakan hal yang lainnya agar aku tidak di kira
yang tidak-tidak saja.
Seperti biasa tak ada hal yang lain yang kami lakukan di taman itu,
hanya makan snack, ngobrol. Namun, entah mengapa rasanya aku masih saja
merasa degdeg-an dan kepikiran bagaimana dan apa yang terjadi nanti saat
Aku dan Rheza kerja kelompok di rumahku nanti.
Dan
bel pulang sekolah pun berbunyi, Rheza memintaku tuk menunggu di depan
pintu gerbang sekolah, sedangkan ia mengambil sepeda di parkiran.
Setelah beberapa menit, akhirnya Rheza pun datang dan menghampiriku
dengan motor ninja merah nya yang membuatnya makin keren.
“Nelva, sorry kalo gue kelamaan. Jadi loe kan nunggu lama disini”ucapnya
“nggak papa kok, Rhez. Nyantai aja lagi” ucapku sembari tersenyum.
“yukk, naikkk……..” ajaknya
Hatiku pun merasa tak
karuan sumpah .. ini baru pertama kalinya aku di boncengin sama temen
cowokku. Apalagi cowok seperti Rheza, yang belum terlalu aku kenal.
Tapi, kenapa rasanya seneng banget bisa ada di samping Rheza, padahal
aku tak biasanya seperti ini. Tak terasa kami pun sampai di rumah. Aku
berdoa semoga aja Abangku, Fahrel tak ada dirumah bagaimana coba kalau
dia ada di rumah pasti Rheza langsung di introgasi. Hmm, tak kebayang
ntar pasti Rheza langsung ilfil sama Aku.
“masuk yukk Rhez……” ajak ku.
Aku
dan Rheza pun masuk ke rumah, mamaku pun bergegas menyambut kedatangan
Rheza. Rheza benar – benar anak yang sopan sekali. Kami berdua pun
mengerjakan tugas di ruang tamu, memang benar apa yang tlah dikatakan
oleh teman-temanku bahwa, Rheza adalah anak yang cerdas dan tak salah
untuk mendapatkan beasiswa. Selama kami mengerjakan tugas Rheza yang
paling cekatan, secara aku memang sedikit tak paham dengan tugas
tersebut namun, sedikit demi sedikit akhirnya aku mengerti setelah Rheza
mengajariku. Kekhawatiranku pun terhenti semua pikiran ku yang
sebelumnya berpikir bahwa Rheza adalah orang yang pendiam semuanya
hilang, setelah aku kerja kelompok dengannya Aku mengambil kesimpulan
bahwa, aku sangat beruntung dapat bekerja sama dengannya.
“Nelva, loe anak tunggal yaa….. ????” tanyanya.
“ehh, nggak kok gue anak ke dua dari dua bersaudara. Kenapa?” jawabku.
“nggak papa kok, soalnya dari tadi gue perhatiin rumah loe sepi banget.
Yaa, gue pikir loe anak tunggal” ucapnya.
“nggak kok, gue punya kakak, cuman abang gue belum pulang kuliah,
papa gue juga pulangnya ntar sorean lha, jadi gini nie sepiii” jawabku.
Setelah
begitu cukup lama kami mengerjakan tugas sambil berbincang- bincang
akhirnya, Tugas yang kami kerjakan pun selesai juga. Rheza benar – benar
anak yang menyenangkan. Aku merasa sudah mengenalnya sejak lama. Tak
jarang-jarang ia mengajakku bercanda dan membuatku tertawa karena semua
ceritanya. Padahal, baru beberapa jam yang lalu kami bersama –
sama.namun, cepat sekali kami menjalin keakraban aku bersyukur bisa satu
kelompok dengannya. Setelah menyelesaikan tugas Rheza pun berpamitan
untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 16.00 wib. Aku sangat
bersyukur karena semua ras akekhawatiranku hilang dan berubah menjadi
seseuatu yang menyenangkan. Rheza memang berbeda dari apa yang aku
bayangkan. Beruntung sekali dapat mengenal sosok “Rheza Arshandy” yang
begitu menyenangkan…..
2 minggu tlah berlalu dan kini tiba saat nya untuk mempresentasikan tugas IPA yang telah di berikan oleh Pak Ezza. Dan hasilnya presentasipun berjalan lancar , sebagai acara perayaan kelancaran tugas kelompok kami, 3 minggu kemudian,Rheza pun mengajakku untuk merayakannnya dengan nonton bioskop dan jalan-jalan. Karena memang itulah waktu yang tepat di sela kesibukan kami sebagai siswa baru di sekolah. Dan tanpa pikir panjang
aku menerima ajakannya aku begitu nyaman memiliki teman seperti dia.
Yang awalnya aku pikir dia bukan sama sekali orang yang asyik, dia cuek,
nyebelin tapi, perkiraan salah total dia adalah patner yang
menyenangkan.
Tepat pukul 18.30 akupun bersiap-siap karena, Rheza akan menjemputku di rumahku pada pukul 19.30
sesuai dengan rencana, akhirnya aku tak mau menjadikan moment kedekatan
aku dengan Rheza tak sesuai harapanku. Aku pun bersiap-siap. Dengan
memakai kaos warna putih dengan rompi warna hitam serta celana jeans.
Aku bersiap-siap dan ternyata , Bel rumahku berbunti dan seperti biasa,
abangku Fahrel yang membuka pintu karena, malam ini ia tak ada jadwal
kemana-mana. Entah mengapa biasanya malam minggu begini dia selalu sibuk
dengan teman-temannya. Entah itu nongkrong, hunting foto ya maklum dia
sangat addict dengan dunia photografi, olahraga, action,
dan semacam sastra bahkan music pun dia handal. Sungguh, abangku
satu-satunya itu adalah super bisa. Ya, idaman cewek banget lah
tampangnya, cerdas,apalagi sifatnya yang bener-bener great – lah tapi
sayang orangnya terlalu apa adanya, pendiam banget, tapi
tegas,pengertian & dewasa banget.
Dari
bawah abangku memanggil ku untuk segera turun dan memberi tahu bahwa
Rheza sudah datang. Ya, aku yakin habis lah Rheza di ceramahin sama
abangku. Ya, abangku memang begitu mungkin karena, sayangnya sama aku.
Dia abang yang baik banget. Akhirnya aku dan Rheza pergi.
Sesampainya di Bioskop kami menonton film. Ya, jika ditanya kedekatan kami berdua cepat sekali terjalin. Mungkin karena kami berdua
memiliki beberapa kesamaan , Rheza suka music, aku juga, Dia suka yang
namanya animasi aku juga, aku suka artis jepang, penyanyi jepang dia
juga. Yang bikin kita beda adalah Aku paling nggak suka sama kucing
sedangkan Rheza pelihara kucing banyak banget dirumahnya. Ya , bikin
males lah kalau dia ngajakin Aku main ke tumahnya yang pastinya dia
selalu promosiin kucing nya dengan sengaja biar aku ketakutan, jail
banget.
Rheza
menjemputku dengan mobil kesayangannya , ya .. yang bisa buat para
cewek klepek-klepek lah sama dia. Tak heran banyak banget cewek yang
ngantri buat jadi gebetan atau pacaran sama Rheza. Tapi, Rheza nggak
pernah mau tanggapi semua itu. Dia pernah cerita kalai dia sering banget
di bohongi ceweknya dulu. Rheza kan anaknya pendiam nggak gimana –
gimana gitu, anaknya apa adanya. Tapi, ceweknya yang dulu udah khianatin
dia. Ya maklum dia sedikit dingin sikapnya kalau bicara soal cewek.
Tapi, itu semua nggak berlaku buat ku. Mungkin kita udah serring banget
cerita- cerita , seru-seruan bareng. Ya, dia sahabat yang menyenangkan.
Setelah
beberapa jam ngelewatin macetnya kota, akhirnya sampai lah kita berdua
di sebuah bioskop di salah satu pusat perbelanjaan di kotaku.
Yang sudah biasa kami
berdua datangi dan jadikan sebagai pilihan rutin setiap kami pergi untuk
menonton film. Karena, letaknya yang stategis dan tak terlalu jauh dari
tempat tinggal kami.
“Nelva, loe pingin nonton film apaan ?” tanyannya.
“terserah loe aja deh “ jawabku singkat.
Sesampainya di sana. kami
memilih film yang lagi tranding topic saat ini. ya alhasil setelah kami
menonton film kami berdua akhirnya kami pulang.
Rheza
yang melihat ku sudah mulai mengantuk akhirnya mengajakku untuk pulang.
Di dalam mobil aku pun tertidur sampai akhirnya sampai lah kami
dirumahku. Setelah itu kami pulang. Rheza mengantarkan ku sampai rumah. Hingga sampai pada akhirnya aku sangat lelah dan tertidur.
Keesokan harinya aku pun , aku kembali menjalani aktivitas ku.
Namun, hal yang tak terduga pun harus terjadi, sahabatku, sheyla berlari menghampiriku yang berjalan menuju ke kelas.
Ia membawa
sebuah berita yang tak pernah ku duga dan sangat sulit ku percaya,
kemarin, setelah Rheza mengantarkan ku pulang dari bioskop, Rheza pun
melanjutkan perjalanan nya pulang kerumah ya, walaupun sudah malam,
waktu tlah menunjukkan pukul 23.15 wib. Ketika Rheza berhenti di lampu
merah, datanglah beberapa orang yang ingin merampok Rheza, mereka
mengetuk dan mengancam akan memcahkan kaca, teteapi, Rheza hanya diam
dan tak berani membukakan kaca mobilnya. Alhasil, kaca mobil Rheza pun
di pecah dan kejadian itu pun terjadi cepat sekali. Darah.... Pisau...
Perampok.... Polisi dan Rheza... Rheza
tewas terbunuh oleh perampok bodoh yang sangat kejam karena tak melihat
polisi yang berada di beberapa kilometer dari jangkauan lampu merah
dimana mobil Rheza berhenti. Nyawa reza di temukan beberapa menit
setelah kemudian perampok tersebut pergi berlalu. Polisi menemukan Rheza
dalam keadaan terbunuh. Tanpa mendapatkan jejak perampok tersebut.
Aku
takkan pernah percaya, sungguh tapi, seluruh sekolah mengatakan hal
yang sama layaknya sama persis dengan apa yang diceritakan sheiyla. Saat
pelajaran pun pikiranku tak karuan antara berita itu, Rheza dan aku.aku
benar benar tak percaya dan menganggap semua ini hanyalah sebuah ilusi
ataupun lelucon semata. Aku berpikir semanya takkan terjadi. Mungkin Rheza
sakit atau pergi, ya.. nanti pulang sekolah akuakan meminta Pak Teguh,
supir pribadiku untuk mengatar Aku ke rumah Rheza sepulang sekolah
nanti. Aku yakin, tak akan terjadi apa-apa dengan Rheza. Ya.. pasti..Aku
tahu pasti ini semua hanyalah lelucon yang hanya untuk sesaat.
Tak terasa
setelah beberapa jam akhirnya Aku telah sampai dirumah Rheza, ku
langkahkan kakiku dan mencoba tuk keluar dari mobil. Dengan perasaan tak
menentu ku coba langkahkan kakiku beriringan dengan rasa yang masih
penuh dengan sejuta tanya, entah Aku kan menjawabnya sendiri atau.....
Ku tekan bel
rumah Rheza, dan tak selang beberapa waktu muncul lah seorang dengan
paras yang sederhana membukakan pagar rumah Rheza, ya tak salah lagi
itu adalah Mbak Lisa, pembantu di rumah Rheza. Yaa.. memang aku bisa
dikatakan banyak mengerti tentang Rheza, semenjak kami sering kebagian
kerja kelompok bersama Aku semakin mengerti. Aku pun dengan sigap
menanyakan tentang Rheza. Dan mencoba memperkuat keyakinan ku kalau
Rheza just in be fine condition.
“Mbak, Rheza nya ada? Saya mau ketemu ..” ucapku.
“hmm.. Mas Rheza, “ jawabnya.
Belum
Sempat ia melanjutkan kata-katanya, kemudian muncul lah tante Indhira,
dengan sigap ia mempersilahkan aku masuk. Namun, dengan perasaan yang
serba tak menentu ku coba langkahkan kakiku untuk masuk ke rumah Rheza.
Dengan baik hati, ia mempersilahkan Aku untuk masuk. Rasanya ingin
sekali Aku bertanya, tentang Rheza. Namun, tak lama kemudian beliau pun
hanya memandangku dengan tatapan hampa yang seakan- akan banyak hal yang
ingin diungkapkan tetapi hanya saja beliau usahakan untuk ditahan.
Hingga sampai akhirnya tetes demi tetesan air mata oun akhirnya
terjatuh, menetes setelah beberapa lama di tahan dipelupuk mata. Air
mata dengan kesedihan yang benar-benar mendalam yang akhirnya beliau
utarakan kepadaku, semuanya .. ceritanya.. dan segala kenyataan itu Aku
tak bisa menerima sungguh, hatiku dan jiwaku seakan-akan ingin teriak
kalau semua ini takkan terjadi. Dengan mata yang mengucurkan derasnya
tetesan air mata Tante Indhira menceritakan semua itu. Mobil , pisau,
darah, perampok,lampu merah.. Aku pun semakin tak percaya, rasanya
darahku menjadi begitu beku hingga mampu menyekat aliran kata di
tenggorokanku yang ingin ku ungkap. Kami berdua yang tidak kuat menahan
derai air mata pun saling menangis dan berpelukan. Hati dan perasaan ku
pun begitu hancur. Setelah beberapa lama Tante Indhira pu masuk ke dalam
kamarnya, yang kemudian Aku tahu Beliau keluar kembali menghampiriku
dengan membawa sebuah kotak yang tidak cukup besar ukurannya. Tante
Indhira pun menyerahkan kotak tersebut kepadaku. Hatiku bertanya apa
maksud dari ini semua. Hingga akhirnya Ku terima kotak itu dengan
perasaan yang masih saja bertanya-tanya.
“Ini kotak milik Rheza, didalamnya ada banyak hal tentang Rheza dan
kamu. Tante Indhira menemukannya ketika kemarin Tante membereskan
kamar Rheza, disaat usai Rheza dimakamkan.” Ucapnya.
“Nelva terima ya tante.” Ucapku dengan masih menitihkan airmata.
Akhirnya
setelah lama Aku berada dirumah Rheza, Akhirnya Aku pun berpamitan
untuk pulang, karen memang hari sudah semakin sore. Dan Aku harus
pulang. Perjalanku Aku habiskan dengan tangisan, disepanjang pejalananku
menangis. Aku berfikir jika semua ini terjadi hanya karena Aku.
Andaikan saja Aku tak pernah meminta janji kepada Rheza untuk pergi
nonton ke bioskop kemarin, pasti semua ini harus terjadi. Semua ini
salahku. Harusnya Rheza tak pergi... Ini semuana salahku.
Sesaimpainya
Aku dirumah , Aku langsung naik kekamarku yang berada dilantai atas.
Tak kuasa menahan tangisku, Aku pun menangis sejadi jadinya
dikamarku. Aku benar-benar terpukul dengan kejadian ini. Semalaman Aku
tak henti – hentinya menangis, Tak ada seorang pun yang sanggup
menghentikan tangisku saat ini. Memang semuanya papaku, abangku, mamaku,
hingga pembantu dan supir ku sudah membujukku namun, rasanya tetap saja
Aku tak sanggup, Aku tak mampu menghentikan tangisan ini. Semua bayang –
bayang tentang Rheza seakan – akan pikiranku memutarkan kembali semua
banang – bayang Rheza disaat Ia masih ada bersamaku,dan disaat ku masih
bisa melihatnya didalam nyataku.
Namun, tak lama berselang waktu demi waktu, Akhirya Aku mengingat kejadian tadi siang. Jika Aku mendapatkan
sebuah kotak yang telah diberikan oleh Tante Indhira. Ku buka Tas ku
dan ku lihat kotak tersebut. Kotak berwarna biru muda, ku coba tenagkan
hatiku terlebih dahulu sebelum membukanya. Perlahan kubuka dan bisa
kudapati banyak barang. Ku ambil sebuah kertas foto yang ternyata adalah
fotoku bersama Rheza ketika kami masih bersama. Masih dapat kuingat
oleh memoriku. Foto pertama kali yang kita ambil saat kami bersama.
Berlatar belakang di taman didekat Rumah Rheza. Dapat kutemukan gelang
yang sengaja kami beli bersama gelang yang sama. Penuh makna bagi
persahabatan kami. Dan yang menyita perhatianku adalah sebuah amplop
putih yang didalamnya berisi sebuah surat dan juga sebuah kalung yang
betuliskan “NELVA” dan sebuah surat ucapan ulang tahunku yang ke 16
Tahun. Aku sungguh tak percaya tenyata Rheza sudah menyiapkan kado
untukku. Padahal ulang tahunku masih terhitung setengah bulan lagi. Aku
pun tak kuasa menahan tangisku setelah membaca surat tersebut.
Tak
terasa pagi pun telah menjelang, menyorotkan kilau sinar matahari yang
terpantulkan oleh kata jendelaku. Kulihat jam dikamar tepat menunjukkan
pukul 05.30 Akupun akhirnya terbangun dan segera bersiap – siap. Namun,
rasanya langkah kakiku begitu berat hari ini. Hati ini tepat hari Rabu,
dan seperti biasanya setiap hari Rabu Rheza selalu datang lebih awal
untuk piket dikelas biasanya Ia menungguku didepan gerbang sekoah karena
kebetulan kami memiliki jadwal yang sama. Dan nanti sore, usai sepulang
sekolah biasanya Aku mengikuti semacam pelajaran tambahan di sebuah
lembaga bimbingan belajar dan Rheza selalu menjemputku. Tapi, mulai dari
hari ini Aku hanya sendirian. Takkan ada lagi seseorang yang akan
menungguku pada pagi hari dihari Rabu, dan Aku takkan lagi seseorang
yang biasanya paling rajin menjemputku untuk berangkat bersama saat aku
belajar di sebuah bimbingan belajar. Seorang yang pintar, yang rajin
seorang yang benar – benar berati bagiku, Rheza walaupun baru sekitar 1
bulanan lebih Aku mengenalnya. Namun, Rheza adalah sahabat yang baik.
Disaat Aku baru pindah ke Jakarta, dengan sifatnya yang ramah, baik, dan
gampang akrab, yaa walaupun
sedikit pendiam namun, hal itu pula yang membuat Aku mengenal seorang
Rheza dari pertama hingga berakhir disebuah akhiran yang menyakitkan dan
sulit untuk kuterima. Aku benar – benar kehilangannya. Apalagi dengan
cara yang seperti ini.
Setelah
Aku selesai bersiap – siap, Terdengar dari bawah suara Abangku, Fahrel
yang memanggilku untuk segera bergegas turun untuk sarapan pagi bersama.
Dengan hati yang masih perlu dikuatkan, Aku pun terlihat kurang
bersemangat hati ini. Namun, hari ini begitu panjang untuk dimulai. Aku
harus bergesas karena kebetulan sekali Abangku kuliah pagi dan ada janji
dengan dosennya. Hari ini Aku berangkat bersamanya, karena supir
dirumahku sedang tidak masuk, ia harus pulang ke kampung halamannya
karena ibunya yang sedang sakit. Dan Alhasil hari ini Aku harus
berkejar-kejaran dengan waktu. Usai selesai sarapan, akhirnya Aku dan
Abangku, Fahrel pun berangkat bersama. Yaa, tahu sendirikan selain
berkejaran dengan waktu kami juga berupaya menghindari kemacetan. Kalau
tak benar- benar pagi pasti bisa benar – benar mengulur waktu kami
berdua.
Akhirnya Aku sampai disekolah tanpa terlambat, sedangkan kakak ku melanjutkan perjalanannya ke kampusnya. Setiap
kali Aku datang semua memori dan bayangan itu kembali menyelimuti
segala duka dibenakku. Entah, mungkin Aku terima Tapi, Aku juga bisa
menyadari jika sebagian dari hatiku masih belum bisa untuk menerimanya.
Namun, bagaimana pun this is the Reality. Tak ada gunanya juga Aku
meminta untuk mengembalikan Rheza. Ya.. beginilah kenyataan.
Bulan
demi bulan telah berlalu dengan begitu cepatnya. Secepat waktu
membawaku untuk berlalu pada segala kedukaan. Tak terasa 1 Tahun telah
berlalu dengan cepatnya, dan Aku juga menyadari jika, Aku tak sepenuhnya
sendiri. Aku masih punya teman-temanku. Dan yang terpenting sekarang ku
sudah bisa menyadari sebuah arti. Hidup ini seperti disaat kita berada
di Bandara, Ada pertemuan dan ada pula perpisahan. Aku boleh saja sedih
tapi, hidupku masih begitu panjang setidaknya. Dan Aku harus mengejar
itu semua. Karena Aku tak ingin merasakaan lagi tentang apa itu yang
bernama “KEHILANGAN” walaupun Aku sadar semuanya akan datang dan pergi,
Tanpa atau dengan memberi tahu terlebih dahulu.
Di
depan gerbang sekolah, di tempat Aku pernah menunggu dan ditungu oleh
orang yang berati dalam hidupku, Rheza. Aku menunggu seseorang yang tak
kunjung datang, seorang yang sedikit menipisiskan perasaan kecewa,
menyesal , serta kehilangan di dalam hidupku. Dan dia adalah Andra,
kakak kelas ku. Aku mengenalnya karena kita sama- sama sebagai anggota
osis di sekolah. Dia orang yang sangat baik menurutku. Hingga sampai
akhirnya tibalah waktu yang begitu tak terduga bagiku untuk memberi
keputusan. Dua bulan yang lalu jauh dari suasana dukaku. Ia datang
mencairkan suasana dan Akhirnya Akhirnya Aku menerima Andra sebagai my boyfriend karena
Aku pikir Andra memang takkan pernah bisa menempati posisi Rheza tapi,
setidaknya Aku punya tempat tersendiri dihatiku untuk Andra. Tak berbeda
dengan Rheza, Ia anak yang cukup pintar, asyik, baik, tapi yang
membedakan Rheza Rheza dengan Andra adalah Rheza sifatnya yang bertotak
belakan dengan Andra yang lebih banyak bicara, dan hal itu pula magic
yang digunakan Andra untuk mampu menepis semua kesedihanku tentang
Rheza. Dan walaupun begitu banyak terdapat kesamaan yang dimiliki oleh
Andra dan Rheza Aku tak perna sekalipun menyama-nyamakan mereka. Bagiku
Andra adalah Andra dan Rheza tetaplah seorang Rheza.Dan Aku sangat
beruntung dia bisa menjadi bagian dari hidupku. Yang akan menghapus mendung dihatiku menjadi sebuah pelangi warna dihatiku.
0 komentar:
Posting Komentar