Tak seindah Kupu-kupu
Berakhir, Tak seindah kupu-kupu
oleh : Rafita Ekayanti
Selembar
kertas putih tanpa goresan pena. Putih bersih menghadirkan sebuah
keheningan yang kelam. Berpacu pada putaran waktu yang menyeret detik
demi detik, menit demi menit hingga semuanya hilang, musnah dan berlalu.
Hari ini mengingatkan ku pada kejadian di 4 tahun yang lalu, tepatnya
sat aku masih duduk di bangku sekolah Dasar. Tak terasa semua kenangan
dan harapan indah itu berlalu begitu saja, pergi dan menghilang entah
apakah akan kembali lagi. Ya, Aku sadar didalam kehidupan ini setiap
orang memiliki urusan masing-masing. Ada
saatnya disaat kta dipertemukan dan ada saatnya pula dimana kita harus
dipisahkan. Dan itu lah hidup kita nggak akan pernah tahu kapan dan
dimana kita mulai dan kapan kita harus berhenti. Tuhan, memang memberiku
pengganti kebahagiaan yang baru. Namun, masa lalu tetap lah masa lalu.
Yang tak pernah peduli indah ataupun tak indah nya masa lalu. Dan masa
itu akan membawa sebuah cerita dan bayangan di masa –masa berikutnya.
Terkadang, tidak ada yang berubah namun, tanpa kita sadari waktu
ternyata berusaha untuk lebih pintar daripada kita. Ia membawa kita untu
melalui begitu banyak cerita hingga terkadang, kita tak mampu untuk
menyadari jika kita telah melewati dan melalui sebuah cerita dan langkah
yang telah kita lalui. Dahulu, Aku pikir Aku akan tetap dan selalu pada
masa itu. Tapi, saat ini waktu membawaku berlari jauh hingga aku
berlalu di masa itu. Walaupun Aku berlalu terlalu jauh, namun masa itu
takkan pernah bisa sekalipun untuk terhapus didalam memori serta
ingatanku.
Dahulu,
Aku berada diantara mereka. Dan dahulu Aku takkan pernah mampu untuk
melewati hari-hari tanpa mereka. Namun, kini waktuku memaksaku untuk
jauh dari seluruh kisah indah itu. Pada saat itu kami berempat
bersama-sama. Satu sekolah membuat kami semakin dekat. Tak ada lagi hari
tanpa bersama mereka sekalipun itu hari libur. Kisah kami, sama seperti
anak seusia kami pada saat itu. Tak heran jika semua orang memandang
kami berempat sebagai belahan jiwa. Bagaimana tidak, kami berempat
selalu bersama-sama. Ya, Aldena , Thalita, Dhea dan Juga Amel. Walaupun
masing – masing dari kita memiliki karakter yang berbeda namun,dengan
perbedaan tersebut kita dapat menghasilkan warna di setiap cerita dan
kisah yang kami alami. Hingga sampai Akhirnya kami semakin dekat dan
dekat. Hidup ku terasa buram tanpa mereka walupun itu semenit.
Tak
terasa tiga tahun sudah rasanya kita melewati canda, tangis dan tawa
bersama-sama. cinta, kasih, persahabatan itu kembali dan semakn terjalin
setelah hadirnya Ervan. Murid baru yang datang dari denpasar untuk
pindah ke jakarta. Dan karena, itulah kami mengenalnya.
“Saya, Ervan Bayu Putera, saya pindahan dari Denpasar” ucapnya selagi memperkenalkan diri di dalam kelas ku. Dengan bahasa tubuh yang masih canggung.
1 minggu berlalu, Aku , Aldena, Amel dan
Dhea mulai mengenal Ervan. Tak jarang pula kita sering menghabiskan
waktu bersama. Walaupun, Ervan lebih terbiasa bersama Rifqi, teman
sebangkunya. Tapi, kami semua selalu memiliki waktu dimana kita
merasakan kecocokan. Kami berempat sering sekali berkumpul Taman dekat
Rumah Amel. Bersepeda bersama selayaknya seperti anak seusia kami pada
saat – saat itu. Hingga sampai pada akhirnya salah satu dari kami, Dhea
memiliki rencana untuk membentuk sebuah ikatan persahabatan yang
kemudian kami beri nama “kepompong- De’Rainbow” sama seperti
persahabatan kami yang memberi warna – warni di dalam perjalananindah
kehidupan setiap masing-masing dari kita. Dan seperti kepompong,
persahabatan kami dimulai. Dari hal yang biasa dan juga sederhana kami
akan bersama membuat keindahan bagai sebuah kupu-kupu kecil yang akan
mengepakkan sayap indahnya. Dan masih kuingat sampai saat ini, hari itu,
kisah dan semuanya itu kami mulai pada tanggal 24 Desember Tak ada yang mampu memisahkan persahabatan kami. Begitu banyak cerita yang kami lalui pada saat itu. Semua
cerita dan kisah antara kami berlima bukan menjadi sebuah rahasia lagi.
Kisah yang begitu sempurna bagi kami. Hingga sampai pada Akhirnya salah
satu dari kami, Ervan memutuskan untuk berpindah rumah keluar daerah
kota kami pada saat itu. Namun, karena jaraknya cukup dapat ditempuh
dengan kendaraan bermotor. Kami bersyukur jika kami masih bisa
bersama-sama, walaupun tak mungkin seperti dulu lagi. Namun, disekolah
pun kami semua masih berhubungan baik satu sama – lainnya. Dan
kepindahan tempat tinggal Ervan tidak mampu menghalagi persahabatan kami
untuk tetap berlanjut. Hingga sampai pada akhirnya persahabatan kami
masih berlanjut pada jangka waktu dua tahun kedepan. Kami, sudah
memikirkan bagaimana nantinya setelah kita lulus sekolah dasar, karena
sebentar lagi kami akan naik ke tingkatan kelas yang lebih tinggi. Dan
pastina setelah itu kami akan dihadapkan oleh ujian negara, yang mngkin
membuat kami harus berpisah sekolah. Namun, hal tersebut tetap kami
anggap wajar karena bagaimanapun kami akan tetap bersama. Sama seperti
sebelumnya kami takkan pernah mampu untuk berpisah ataupun terpisahkan.
Hingga sampai tiba waktunya disaat kami berada dikelas 6 sekolah dasar
awal. Sesuatu itu terjadi. Ervan berpamitan untuk berpindah sekolah.
Rasanya, hati kami semua bagaikan terhempas bebatuan yang entah berasal
dari mana. Dan kami masih punya harapan, karena mungkin juga Ervan hanya
pindah ke Bekasi dan kami masih akan tetap sama-sama walupun beda
sekolah. Ervan tidak pernah menceritakan ini semua sebelumnya. Namun,
kami semua mengerti jika Ervan tak pernah ingin kita semua menjadi sedih
karena keputusan Ervan.
“Hey, gimana tadi ketemu sama Ervan ?” ucap Gretha kepada kami.
“Ervan ? iya, sekilas cuman liat dia pamitan sama guru-guru.” Ucap ku.
“jadi, kalian nggak ngobrol bareng ?” tanya Gretha.
“nggak, kita tahu kok kalo ervan lagi sama ortunya. Kita udahtahu kok kalo hari ini dia pindah”
“hmm.. maaf tadi sebenernya Ervan minta gue buat panggil lo semua tapi, gue lagi di kantin. Jadi
gue nggak seberapa peduliin permintaan nya.” Jelas Gretha
“Tapi,Ervan kan cuman pindah ke Bekasi kan ?” tanya Aldena
“Tapi, Rifqi bilang, dia nggak pindah ke Bekasi.”jawab Gretha.
“jadi , kemana ? Ervan pindah kemana ? bandung ? Denpasar ? kemana ?”tanya Amel.
“Rifqi, bilang Ervan bakalan pindah ke Palembang disana kota kelahiran papanya” ucapnya.
Kami
semuanya dengan sigap menemui Rifqi dan menanyakan semua kepastian
tentang apa yang telah Gretha critakan kepada kami. Dan Rifqi mengiyakan
tentang semua yang telah Gretha utarakan kepada kami semua. Semuanya ,
crita dan harapan kami untuk bersama-sama semuanya sirna.
Kami,
memang masih ingin menjalin komunikasi dengan Ervan, namun tak satupun
yang berakhir dengan baik. Di sms, di social network semana tak ada
balasan dan alasan yang jelas dari Ervan. Dan kami, tahu Ervan tak
pernah mau membebani kami dengan kepergiaannya. Sama seperti apa yang
telah dikatakan Rifqi. Lebih baik dia tidak mengutarakan rencananya
untuk pindah. Daripada menyiksa batin kami semua. Dan kami semua harus
merelakan 24 Desember,Anniversary De’Rainbow tanpa kehadiran Ervan.
Kami merayakan dengan bertukar kado walaupun kami masih merasa ada
belahan jiwa kami yang hilang, Ervan. Tak terasa empat tahun telah
berlalu Dan hari ini Aku harus merayakan semuanya itu sendiri.
Karena,sekolah kami semua pada saat ini sudah berbeda-beda dan waktu
kami tidak cukup banyak seperti dulu lagi untuk kami gunakan berkumpul
seperti pada saat – saat kita
semua masih berada di dalam satu sekolah yang sama. Dan hari ini ku
kenang semua itu dengan biasa saja. Memang tak sama seperti bagaimana
kita merayakan seperti saat kita semua masih bersama. Namun, dengan
mengenang hari ini Aku merasakan jiwa itu kembali lagi. Semua kenangan
itu, dan Aku takkan pernah mampu melupakan semuanya itu. Sekalipun hari
ini berati namun, semua tak begitu berati seperti dulu. Tanpa mereka
hari ini tak seluar biasa seperti dimana saat kami semua bersama. Dan
hanya keajaiban yang akan membuat semua itu akan terulang kembali.
Walaupun sema itu dulu, dan walaupun itu semua telah menjadi sejarah
bagi ku dan bagi mereka, namun Aku , dan didalam hatiku yang terdalam
Aku masih menginginkan misteri di hari esok , sebuah misteri yang jauh
dari artinya. Aku ingin merasakan dan mengulang semua itu. Walaupun Aku
juga harus rela jika, jika mungkin saja misteri
itu takkan pernah ku lalui dan sejarah terindah di antara Aku dan
mereka , semua itu akan berlalu dan takkan pernah terjadi kembali.
Namun, bagaimana pun Aku masih punya harapan. Karna, seberusahanya Aku
untuk berlari melupakan masa itu,maka, tetap saja Aku akan tetap
melewati semua itu, dan sejarah itu takkan pernah sanggup hilang dari
ingatanku.
0 komentar:
Posting Komentar